Jadi pada titik apa kita sampai pada kesimpulan bahwa itu semua terserah kita? Bahwa mengikuti Yesus di sepanjang jalan yang sempit dan seringkali sulit itu, sepenuhnya merupakan tanggung jawab kita; bahwa jika kita jatuh, kita jatuh; jika kita takut, kita sendirian. Pada titik apa, tepatnya?

Ada garis tipis antara ketaatan dan legalisme, antara hati untuk memuliakan Tuhan dalam segala hal yang kita lakukan, dan gagasan gila bahwa dalam melakukannya, dalam menjalaninya, kita sendirian. Ups, saya gagal di sini. Tuhan akan marah padaku! aku merasa down hari ini. Tuhan akan kecewa padaku.

Dengarkan di sini pemazmur merenungkan, saat ia melihat kembali hari-hari bahaya besar dalam hidupnya:

Mazmur 94:16-19 Siapakah yang bangkit bagiku melawan orang-orang jahat, siapakah yang tampil bagiku melawan orang-orang yang melakukan kejahatan? Jika bukan TUHAN yang menolong aku, nyaris aku diam di tempat sunyi. Ketika aku berpikir: “Kakiku goyang,” maka kasih setia-Mu, ya TUHAN, menyokong aku. Apabila bertambah banyak pikiran dalam batinku, penghiburan-Mu menyenangkan jiwaku.

Itulah yang sebenarnya. Itulah kenyataannya. Dengarkan aku. Akan ada situasi, keadaan, waktu dalam hidup kita ketika tidak ada orang lain yang datang untuk membantu. Ketika tidak ada orang lain yang berdiri di samping kita.

Jadi ketika Anda siap untuk jatuh, ketahuilah ini. Kasih setia Tuhan ada di sana untuk mendukung Anda. Saat Anda takut dan kesal, Dia ada di sana untuk menghibur Anda. Itulah dia. Ini tidak semua terserah Anda. Itulah yang sebenarnya.

Dan Demikian Firman Tuhan. Fresh… untukmu… hari ini.