Ketika Anda melakukan sesuatu yang Anda tahu itu salah, kenyataan dari dosa tersebut tetap ada seperti noda darah di atas kain putih. Rasanya mustahil untuk dihilangkan, sehingga rasa bersalah menggerogoti jiwa Anda seperti kanker. 

Itu adalah sinopsis yang cukup suram, tetapi tidak ada yang baru di dalamnya. Dalam salah satu drama terkenal Shakespeare, Lady Macbeth, yang didera rasa bersalah atas pembunuhan, melihat tangannya yang berlumuran darah dan berteriak, “Keluar dari tempat terkutuk! Keluarlah, kataku.”

Keinginan untuk mendapatkan pengampunan, agar kesalahan dibatalkan, rasa bersalah dihapuskan, secara universal, merupakan bagian dari kondisi manusia. Hal ini menjelaskan mengapa Allah mengambil langkah drastis dengan mengizinkan Putra-Nya disalibkan untuk kita. 

Dapatkah kita dibebaskan dari dosa kita? Dapatkah kita benar-benar bebas dari rasa bersalah yang menggerogoti tulang-tulang kita? Atau apakah kita, seperti Lady Macbeth, ditakdirkan untuk menanggung akibatnya selama-lamanya?

Inilah Tuhan yang berbicara dalam dilema hidup dan mati yang sangat nyata saat ini:

Yesaya 1:18 Marilah, baiklah kita beperkara! — firman TUHAN — Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

Ada satu tempat – hanya satu – di mana noda itu dapat dihilangkan. Ada satu Pribadi – hanya Satu – yang dapat membersihkannya dari Anda. Yesus, Anak Allah, yang telah mati untuk menebus dosa-dosa Anda. Dan ketika kita percaya kepada-Nya, dosa-dosa kita diampuni. Sepenuhnya. 

Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.

Di dalam Kristus dan Kristus saja.

Demikian Firman Tuhan. Fresh… untukmu… hari ini.