Selama beberapa tahun terakhir ini, dengan pandemi yang melanda dunia, banyak orang telah meninggal. Dan banyak orang, bahkan umat Tuhan, hidup dalam ketakutan akan kematian. Tetapi ketakutan akan kematian seharusnya tidak pernah memasuki pikiran kita.

Saya ingat melihat ayah saya meninggal di ranjang rumah sakitnya. Komplikasi yang timbul dari diabetesnya membawanya pada usia 74 tahun. Dia pucat, hampir tidak bernapas … kemudian denting kematian mengguncangnya saat tubuhnya berjuang untuk hidup. Lalu … tidak ada. Dia pergi.

Sungguh hal yang sangat serius untuk menyaksikan seseorang mati, karena kematian kita yang tak terhindarkan membakar hati Anda. Anda menyadari bahwa suatu hari, itu akan menjadi Anda dengan tingkat kepastian yang mutlak, seratus persen.

Itu membawa kita ke bait kelima dari himne, It’s Well With My Soul, yang ditulis oleh seorang pria, Horatio Spafford, yang tidak hanya kehilangan kekayaan dan kesuksesan duniawinya, tetapi juga kelima anaknya:

Tapi Tuhan, ini untuk-Mu, untuk kedatangan-Mu kami menunggu, Langit, bukan kuburan, adalah tujuan kami; Oh, truf malaikat! Oh, suara Tuhan! Harapan yang terberkati, jiwa yang terberkati.

Dan karena alasan itulah orang yang percaya kepada Yesus, yang dengan hidup mereka berpegang pada kebenaran bahwa Yesus membayar dosa-dosa kita di kayu salib itu, dapat hidup dalam pengharapan akan kemuliaan di balik kubur. Keabadian bersama Yesus, karena suatu hari – dengarkan aku – suatu hari, Dia akan datang kembali.

Tapi jangan hanya mengambil kata-kata saya untuk itu. Jangan hanya mengambil kata Horatio untuk itu.

1 Tesalonika 4:16 Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;

Demikian Firman Tuhan. FRESH… untukmu… hari ini.