Hidup ini singkat. Ketika kita masih muda, kita tahu cukup banyak, bahwa kehidupan di bumi ini akan berlangsung lama. Tetapi seiring bertambahnya usia, kebenaran itu adalah salah satu yang datang ke rumah untuk berkunjung. Hidup ini singkat!

Selama bertahun-tahun, ibu saya yang sekarang berusia sembilan puluhan, telah memberi tahu saya, “Rio, jangan bekerja terlalu keras. Nikmatilah hidup Anda. Suatu hari nanti kamu akan menjadi tua sepertiku.” Dan sebagian, ibu tuaku tersayang ada benarnya. Kita tidak boleh bekerja seperti orang bodoh karena ada lebih banyak hal dalam hidup daripada pekerjaan.

Dan sebagai pecandu kerja, saya benar-benar mendengarkan ibu saya dan istri saya yang mengatakan hal yang sama kepada saya. Hari-hari ini, saya membangun banyak waktu dalam hidup saya untuk istirahat, untuk bersenang-senang, untuk bermain dengan anjing dan membawa istri saya keluar pada malam kencan atau hanya berlama-lama makan malam di rumah, berbicara.

Tetapi di ujung lain, di sisi ekstrim yang berlawanan dari kehidupan yang dipimpin oleh pecandu kerja, adalah kemalasan. Orang yang tidak memaksakan diri. Orang yang menambahkan sedikit atau tidak ada nilai bagi kehidupan orang lain. Orang yang mempercayai trend pemasaran industri periklanan, bahwa “Ini semua tentang saya!”

Di suatu tempat, di tengah sana, harusnya ada keseimbangan yang sehat. Jalan tengah yang akhir-akhir ini kami sebut sebagai “keseimbangan kehidupan kerja”. Tentu saja itu bukan ide baru. Itu adalah salah satu yang Musa doakan kepada Tuhan di masa lalu:

Mazmur 90:12  Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.

Hal yang hebat dari kebijaksanaan itu, menurut saya, adalah menemukan keseimbangan antara mencurahkan hidup Anda untuk orang lain, namun masih menemukan waktu untuk hal-hal sederhana dalam hidup, seperti istirahat.

Bijaksanalah. Waktumu singkat. Buatlah jadi bermakna.

Demikian Firman Tuhan. Fresh… untukmu… hari ini.