Kita masing-masing mendambakan kedamaian – agar hati kita tenang, untuk mengetahui bahwa kita aman. Namun jika beberapa tahun terakhir ini telah mengajari kita sesuatu, hei, dunia tempat kita hidup jauh dari damai atau aman.

Cucu perempuan pertama kami, Olivia, lahir hanya beberapa minggu setelah gelombang pertama pandemi COVID di tahun 2020. Kami tidak bisa menjenguknya di rumah sakit dan di foto pertama yang kami miliki bersamanya, istri saya sama-sama mengenakan masker. Kami tidak tahu bagaimana seluruh pandemi ini akan terungkap dan, ternyata, itu berubah dari buruk menjadi lebih buruk.

Tetapi Anda tidak harus berada di tengah pandemi global untuk diserang oleh hal-hal yang mengancam keselamatan Anda dan merampas kedamaian Anda.

Realitas itu adalah sesuatu yang kuno. Perang, kejahatan, masalah kesehatan, konsekuensi dari dosa kita sendiri – ya, ancaman terhadap keselamatan kita dan tidak adanya perdamaian sama tuanya dengan usia umat manusia itu sendiri.

Tapi mari kita kembalikan itu kepada Anda dan saya, di sini dan sekarang. Bagaimana kita bisa meraih kedamaian yang sangat kita dambakan, ketika hidup sama sekali tidak damai?

Yesaya 26:3,4 Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepada-Mulah ia percaya. Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah gunung batu yang kekal.

Jawabannya adalah bahwa kedamaian sejati bukanlah sesuatu yang kita bayangkan. Damai sejahtera sejati datang dari Tuhan, Dia memberikannya kepada umat-Nya ketika kita bergantung kepada-Nya, ketika kita percaya kepada-Nya.

Inilah kebenaran yang kuat: semakin dekat kita mendekat kepada Yesus, semakin Dia akan menghirup damai-Nya, membisikkan damai-Nya, ke dalam jiwa kita.

Jadi percayalah selalu kepada TUHAN, karena di dalam TUHAN kamu mendapat tempat perlindungan untuk selama-lamanya.

Demikian Firman Tuhan. FRESH… untukmu… hari ini.